Perasaan tidak bisa move on dan menjadi sering curiga terhadap suami selalu hadir dalam diri seorang ibu muda yang datang untuk mengikuti sesi hipnoterapi. Hal ini terjadi setelah ia mendapati suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Rumah tangga yang dibina selama lima belas tahun rasanya seperti sudah berakhir dan tidak ada harapan lagi. Meski suami sudah berjanji untuk tidak akan mengulangi perbuatannya kembali, namun si istri masih tetap tidak percaya dan selalu curiga. Perasaan curiga yang berlebihan ini akhirnya membuat si suami tidak tahan dan menyatakan ingin berpisah saja. Ia datang dalam sesi terapi untuk membuang rasa curiga tersebut jauh-jauh sehingga bisa move on dan merasakan kembali kebahagiaannya kembali.
Dalam menyikapi suatu permasalahan, seringkali kita terjebak dalam paradigma berpikir yang ujung-ujungnya membuat kita menderita atau lebih senang mendramatisir dan merasa paling dirugikan oleh pihak lain, meski mungkin hal itu pun belum tentu benar. Alhasil paradigma tersebut tumbuh berkembang bagaikan “tumbuhan liar” yang semakin membesar, bahkan akarnya sangat kuat tertancap di dalam pikiran. Yang tumbuh hanya kekecewaan, merasa dirugikan, dikhianati, merasa tidak punya masa depan, benci, kesal, menyalahkan diri sendiri, dan segudang hal-hal negatif lainnya. Lalu kemana “tumbuhan-tumbuhan kebaikan”? sepertinya ia mati. Padahal sebelumnya ia juga tumbuh subur sebelum ada “tumbuhan liar” yang menggangu. “Tumbuhan kebaikan” itu berupa kebahagiaaan, kemesraan, kesenangan, dsb.
Jika si ibu muda itu memiliki keinginan untuk bisa move on dan melupakan masa lalu, maka yang ia butuhkan adalah menyadari bahwa “tumbuhan liar” yang tidak berguna tersebut perlu segera dipotong dan dibuat mati. Ia harus fokus hanya pada “tumbuhan-tumbuhan kebaikan” saja. Manakala “tumbuhan liar” tersebut hendak tumbuh lebih lebat lagi, segeralah potong dan ganti dengan tumbuhan baru yang lebih baik, atau buat mati sekalian saja tanpa diberi kesempatan untuk tumbuh. Fokuslah hanya pada membesarkan “tumbuhan kebaikan” yang tangkai-tangkainya tumbuh baru dan nikmati prosesnya hingga ia makin membesar dan mengalahkan tumbuhan liar tersebut.
Jika “tumbuhan kebaikan” tersebut tidak bisa tumbuh seperti yang anda harapkan, maka anda bisa melakukan evaluasi kembali mengapa ia tidak bisa tumbuh di tangan anda. Introspeksilah diri anda, apakah anda sudah memberi pupuk? menyiramnya setiap hari? memberi cahaya yang cukup? membersihkannya dari pohon-pohon pengganggu?. Dalam kaitannya dengan urusan berumah tangga, maka ilustrasi tumbuhan tersebut dapat anda lihat dan tanyakan kembali kepada diri, hal-hal apa lagi yang selama ini kurang dan perlu ditambah agar hubungan anda makin menjadi lebih baik lagi.
Yang terakhir, berterimaksihlah kepada diri anda dan kehidupan yang sedang anda jalani saat ini. Berterimakasihlah, karena saya percaya Tuhan Yang Maha Esa sedang mengajarkan kepada anda tentang arti kehidupan. Untuk itu, tetaplah berbaiksangka dengan kehidupan yang sedang anda jalani. Jika “tumbuhan liar” tersebut tetap mekasakan diri untuk tumbuh lalu mengatakan “lha…enak di dia dong, dia yang berbuat masa’ saya yang harus memaafkan?”. Anda bisa potong “tumbuhan liar” tersebut lalu anda ganti dengan tumbuhan baru yang mengatakan, “kebaikan yang saya buat ini yaitu memaafkan adalah ditujukan untuk kebaikan diri saya sendiri sehingga saya bisa move on dan terbebas dari prasangka buruk yang selalu hadir dalam diri saya”.
(Ditulis oleh Adam Hidayat)
Tertarik melakukan hipnoterapi ?
Silahkan lakukan pendafaran online di sini, tim kami akan segera menghubungi anda.